Rabu, 08 Januari 2014

sejarah keperawatan jiwa di indonesia


I.    Sejarah Dan Perkembangan Keperawatan Jiwa Di Indonesia
Di Indonesia sejak dahulu telah mengenal gangguan jiwa yang digambarkan dalam berbagai cerita rakyat seperti ramayana, dan perilaku Lesmono mirip seorang perempuan.Bagaimana para penderita gangguan jiwa diperlakukan pada zaman dulu belum diketahui dengan jelas. Tindakan terhadap penderita gangguan jiwa seperti warisan nenek moyang yang turun temurun. Penderita dibuang ke hutan, dipasung, di ikat atau dirantaibila penderita dianggap membahaykan orang lain dan lingkungan. Bila tidak membahayakan penderita dibiarkan berkeliaran dan menjadi tontonan atau objek lelucon .Pada zaman kolonial sebelum ada Rumah Sakit Jiwa para penderita gangguan jiwa ditampung di Rumah Sakit umum sipil atau rumah sakit militer di Jakarta, Semarang dan Surabaya, pasien yang ditampung umumnya merupakan pasien jiwa berat (psikosa). Namun rumah sakit ini lama-lama tidak cukup untuk menampung penderita sehingga pada tahun 1862 pemerintah Hindia Belanda mengadakan sensus penderita gangguan jiwa di pulau Jawa dan Madura.Rumah sakit yang pertama kali di bangun adalah rumah sakit jiwa Bogor pada tanggal 1 Juli 1882 kemudian rumah sakit jiwa lawang (1902), rumah sakit jiwa Magelang (1923) dan rumah skit Jiwa Sabang (1927).a namun rumah sakit jiwa Sabang hancur saat pengeboman sekutu dalam perang dunia kedua. Rumah sakit jiwa dibangun jauh dari lingkungan masyarakta, dengan alasan untukmenghindari stigma yang tidak baik di masyarakat. Cara pengobatan yang dulu sering dipakai di rumah sakit jiwa ialah isolasi dan penjagaan (custodial care), suntikan obat penenang, terapi mandi dan  pasien dijemur dipanas matahari.Sejak tahun 1910  pasien diberi kebebasan tidak ada penjagaan yang terlalu ketat. Pada tahun 1930 sudah diterapkan terapi kerja seperti menggarap tanah, membersihkan alat makan dan membersihkan lantai. Semua rumah sakit jiwa dan fasilitas lain dibangun  dan dibiayai pemerintah Hindia Belanda. Pada perang Dunia kedua dan penjajahan jepang, ilmu kesehatan jiwa tidak berkembang.  Semua fasilitas tidak terawat, dirusak dan dihancurkan Jepang.Setelah merdeka merupakan awal perkembangan keperawatan jiwa. Pada tahun 1947  dibentuk jawatan urusan penyakit jiwa namun belum bekerja dengan baik karena revolusi masih berlangsung. Pada tahun 1966 jawatan urusan penyakit jiwa diganti menjadi Direktorat Kesehatan jiwa diganti nama menjadi Direktorat Kekwsehatan JIwa pertama kali dipimpin oleh seorang dokter kesehatan jiwa. Direktur  kesehatan jiiwa pertama kali dipimpin oleh Marzuki Mahdi.Perkembangan Sejarah Keperawatan Jiwa yang lain penting  setelah Indonesia merdeka yaitu :1.      Undang – undang Kesehatan jiwa nomor 3 tahun 1966 ditetapkan oleh pemerintah.
2.      Didirikan BKR-PPJ (Badan Koordinasi REhabilitasi Penderita Penyakit JIwa)
3.      Pembinaan suatu sistem pelaporan  diolah dengan komputer sejak 1971
4.      PPGDJ ke-1 di Indonesia tahun 1973
5.      Integrasi kesehatan jiwa dalam pelayanan kesehatan dipuskesmas.
Pihak swasta juga mulai memikirkan masalah kesehatn jiwa, ini terbukti dengan didirikannya sanatorium – sanatorium jiwa berbagai tempat, seperti rumah “St Carolus di Jakarta dan rumah sakit Gunung Muria  di Minahasa dan didirikan pusat kesehatan jiwa masyarakat di Jakarta dan Surabaya. Mulai tahun 2000 keperawatn jiwa di Indonesia mulai bergerak maju. Hal ini ditandai dengan penanganan perawatan mandiri pada keperawatan jiwa, dengan ditetapkannya standar penanganan pada pasien gangguan jiwa dengan empat besar masalah yang ditemukan. Pada tahun 2002 diperkenalkan bangsal perawatan percontohan pada pasien jiwa atau dikenal dengan Model Pelayanan Keperawatan Profesional Pemula (MPKPP). Dengan adanya MPKPP ini perawatan dan penanganan pasien lebih terstruktur dan tingkat kesembuhan meningkat.Adanya berbagai bencana di Indonesia  telah menggugah bidang kesehatan terutama bidang keperawatan jiwa untuk lebih meningkatkan kontribusi dalam pemulihan kondisi masyarakat yang mengalami gangguan psikologis hebat. Di daerah pasca bencana dan pasca konflik, keperawatan jiwa telah mencanangkan sebuah program rehabilitasi yaitu Community Mental Health Nursing (CMHN). Di Nangroe Aceh Darussalam, Poso, NTB, program ini telah berjalan meskipun masih dalam tahap basic. Pada organisasi profesi, keperawatan jiwa telah mempunyai wadah organisasi yang disepakati berdasarkan hasil konggres Himpunan Perawat Kesehatan JIwa Indonesia I di Magelang awal Desember 2006 dengan nama IKatan Perawat Kesehatan Jiwa Indonesia.Keperawatan jiwa terus berupaya mengembangkan diri dengan diadakannya Konferensi  Nasional (Konas) setiap tahunnya. Konas jiwa pertama kali diselenggarakan di Bandung, kemudian Yogyakarta dan Semarang. Keputusan yang ditetapkan pada Konas diantaranya adalah adanya sepuluh masalah besar pada keperawatan jiwa dan penggunaan diagnosa tunggal rumusan masalah keperawtan jiwa.







Daftar pustakaRiyadi Sujono, Purwanto Teguh.2009. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar