I.
Sejarah
Dan Perkembangan Keperawatan Jiwa Di Indonesia
Di
Indonesia sejak dahulu telah mengenal gangguan jiwa yang digambarkan dalam
berbagai cerita rakyat seperti ramayana, dan perilaku Lesmono mirip seorang
perempuan.Bagaimana
para penderita gangguan jiwa diperlakukan pada zaman dulu belum diketahui
dengan jelas. Tindakan terhadap penderita gangguan jiwa seperti warisan nenek
moyang yang turun temurun. Penderita dibuang ke hutan, dipasung, di ikat atau
dirantaibila penderita dianggap membahaykan orang lain dan lingkungan. Bila
tidak membahayakan penderita dibiarkan berkeliaran dan menjadi tontonan atau
objek lelucon .Pada
zaman kolonial sebelum ada Rumah Sakit Jiwa para penderita gangguan jiwa
ditampung di Rumah Sakit umum sipil atau rumah sakit militer di Jakarta,
Semarang dan Surabaya, pasien yang ditampung umumnya merupakan pasien jiwa
berat (psikosa). Namun rumah sakit ini lama-lama tidak cukup untuk menampung
penderita sehingga pada tahun 1862 pemerintah Hindia Belanda mengadakan sensus
penderita gangguan jiwa di pulau Jawa dan Madura.Rumah
sakit yang pertama kali di bangun adalah rumah sakit jiwa Bogor pada tanggal 1
Juli 1882 kemudian rumah sakit jiwa lawang (1902), rumah sakit jiwa Magelang
(1923) dan rumah skit Jiwa Sabang (1927).a namun rumah sakit jiwa Sabang hancur
saat pengeboman sekutu dalam perang dunia kedua. Rumah sakit jiwa dibangun jauh
dari lingkungan masyarakta, dengan alasan untukmenghindari stigma yang tidak
baik di masyarakat. Cara pengobatan yang dulu sering dipakai di rumah sakit
jiwa ialah isolasi dan penjagaan (custodial
care), suntikan obat penenang, terapi mandi dan pasien dijemur dipanas matahari.Sejak
tahun 1910 pasien diberi kebebasan tidak
ada penjagaan yang terlalu ketat. Pada tahun 1930 sudah diterapkan terapi kerja
seperti menggarap tanah, membersihkan alat makan dan membersihkan lantai. Semua
rumah sakit jiwa dan fasilitas lain dibangun
dan dibiayai pemerintah Hindia Belanda. Pada perang Dunia kedua dan
penjajahan jepang, ilmu kesehatan jiwa tidak berkembang. Semua fasilitas tidak terawat, dirusak dan
dihancurkan Jepang.Setelah
merdeka merupakan awal perkembangan keperawatan jiwa. Pada tahun 1947 dibentuk jawatan urusan penyakit jiwa namun
belum bekerja dengan baik karena revolusi masih berlangsung. Pada tahun 1966
jawatan urusan penyakit jiwa diganti menjadi Direktorat Kesehatan jiwa diganti
nama menjadi Direktorat Kekwsehatan JIwa pertama kali dipimpin oleh seorang
dokter kesehatan jiwa. Direktur
kesehatan jiiwa pertama kali dipimpin oleh Marzuki Mahdi.Perkembangan
Sejarah Keperawatan Jiwa yang lain penting
setelah Indonesia merdeka yaitu :1.
Undang – undang Kesehatan jiwa nomor
3 tahun 1966 ditetapkan oleh pemerintah.
2.
Didirikan BKR-PPJ (Badan Koordinasi
REhabilitasi Penderita Penyakit JIwa)
3.
Pembinaan suatu sistem pelaporan diolah dengan komputer sejak 1971
4.
PPGDJ ke-1 di Indonesia tahun 1973
5.
Integrasi kesehatan jiwa dalam
pelayanan kesehatan dipuskesmas.
Pihak
swasta juga mulai memikirkan masalah kesehatn jiwa, ini terbukti dengan
didirikannya sanatorium – sanatorium jiwa berbagai tempat, seperti rumah “St
Carolus di Jakarta dan rumah sakit Gunung Muria
di Minahasa dan didirikan pusat kesehatan jiwa masyarakat di Jakarta dan
Surabaya. Mulai tahun 2000 keperawatn jiwa di Indonesia mulai bergerak maju.
Hal ini ditandai dengan penanganan perawatan mandiri pada keperawatan jiwa,
dengan ditetapkannya standar penanganan pada pasien gangguan jiwa dengan empat
besar masalah yang ditemukan. Pada tahun 2002 diperkenalkan bangsal perawatan
percontohan pada pasien jiwa atau dikenal dengan Model Pelayanan Keperawatan
Profesional Pemula (MPKPP). Dengan adanya MPKPP ini perawatan dan penanganan
pasien lebih terstruktur dan tingkat kesembuhan meningkat.Adanya
berbagai bencana di Indonesia telah
menggugah bidang kesehatan terutama bidang keperawatan jiwa untuk lebih
meningkatkan kontribusi dalam pemulihan kondisi masyarakat yang mengalami gangguan
psikologis hebat. Di daerah pasca bencana dan pasca konflik, keperawatan jiwa
telah mencanangkan sebuah program rehabilitasi yaitu Community Mental Health Nursing (CMHN). Di Nangroe Aceh Darussalam,
Poso, NTB, program ini telah berjalan meskipun masih dalam tahap basic. Pada
organisasi profesi, keperawatan jiwa telah mempunyai wadah organisasi yang
disepakati berdasarkan hasil konggres Himpunan Perawat Kesehatan JIwa Indonesia
I di Magelang awal Desember 2006 dengan nama IKatan Perawat Kesehatan Jiwa
Indonesia.Keperawatan
jiwa terus berupaya mengembangkan diri dengan diadakannya Konferensi Nasional (Konas) setiap tahunnya. Konas jiwa
pertama kali diselenggarakan di Bandung, kemudian Yogyakarta dan Semarang.
Keputusan yang ditetapkan pada Konas diantaranya adalah adanya sepuluh masalah
besar pada keperawatan jiwa dan penggunaan diagnosa tunggal rumusan masalah
keperawtan jiwa.
Daftar pustakaRiyadi
Sujono, Purwanto Teguh.2009. Asuhan
Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar