.
Pengertian
Otitis media adalah inflamasi pada bagian telinga tengah.
Otitis media sebenarnya adalah diagnosa yang paling sering dijumpai pada anak –
anak di bawah usia 15 tahun. Ada 3 ( tiga ) jenis otitis media yang
paling umum ditemukan di klinik, yaitu :
· Otitis Media Akut
· Otitis Media Serosa (Otitis media dengan efusi)
· Otitis Media Kronik
Otitis media akut adalah keadaan dimana terdapatnya
cairan di dalam telinga tengah dengan tanda dan gejala infeksi.
Otitis media serosa / efusi adalah keadaan terdapatnya cairan di
dalam telinga tengah tanpa adanya tanda dan gejala infeksi aktif. Secara
teori, cairan ini sebagai akibat tekanan negative dalam telinga tengah yang
disebabkan oleh obstruksi tuba eustachii. Pada penyakit ini, tidak ada agen
penyebab definitive yang telah diidentifikasi, meskipun otitis media dengan
efusi lebih banyak terdapat pada anak yang telah sembuh dari otitis
media akut dan biasanya dikenal dengan “glue ear”. Bila
terjadi pada orang dewasa,penyebab lain yang mendasari terjadinya disfungsi
tuba eustachii harus dicari. Efusi telinga tengah sering terlihat pada pasien
setelah mengalami radioterapi dan barotrauma ( eg : penyelam ) dan pada pasien
dengan disfungsi tuba eustachii akibat infeksi atau alergi
saluran napas atas yang terjadi.
Otitis media kronik sendiri adalah kondisi yang berhubungan
dengan patologi jaringan irreversible dan biasanya disebabkan oleh episode
berulang otitis media akut yang tak tertangani. Sering berhubungan dengan
perforasi menetap membrane timpani. Infeksi kronik telinga tengah tak
hanya mengakibatkan kerusakan membrane timpani tetapi juga dapat
menghancurkan osikulus dan hampir selalu melibatkan mastoid. Sebelum
penemuan antibiotic, infeksi mastoid merupakan infeksi yang mengancam jiwa.
Sekarang, penggunaan antibiotic yang bijaksana pada otitis media akut telah
menyebabkan mastoiditis koalesens akut menjadi jarang. Kebanyakan kasus
mastoiditis akut sekarang ditemukan pada pasien yang tidak mendapatkan
perawatan telinga yang memadai dan mengalami infeksi telinga yang tak
ditangani. Mastoiditis kronik lebih sering, dan beberapa dari infeksi kronik
ini, dapat mengakibatkan pembentukan kolesteatoma, yang merupakan pertumbuhan
kulit ke dalam ( epitel skuamosa ) dari lapisan luar membrane timpani ke
telinga tengah. Kulit dari membrane timpani lateral membentuk kantong luar,
yang akan berisi kulit yang telah rusak dan bahan sebaseus. Kantong dapat
melekat ke struktur telinga tengah dan mastoid. Bila tidak ditangani,
kolesteatoma dapat tumbuh terus dan menyebabkan paralysis nervus fasialis ( N.
Cranial VII ), kehilangan pendengaran sensorineural dan/ atau gangguan
keseimbangan (akibat erosi telinga dalam) dan abses otak.
Etiologi
Penyebab utama otitis media akut adalah masuknya bakteri
patogenik ke dalam telinga tengah yang normalnya adalah steril. Paling sering
terjadi bila terdapat disfungsi tuba eustachii seperti obstruksi yang
disebabkan oleh infeksi saluran pernafasan atas, inflamasi jaringan
disekitarnya (eg : sinusitis, hipertrofi adenoid) atau reaksi alergik ( eg :
rhinitis alergika). Bakteri yang umum ditemukan sebagai organisme penyebab
adalah Streptococcus peneumoniae, Hemophylus influenzae, Streptococcus
pyogenes, dan Moraxella catarrhalis.
Patofisiologi
Pada gangguan ini biasanya terjadi disfungsi tuba eustachii
seperti obstruksi yang diakibatkan oleh infeksi saluran nafas atas, sehingga
timbul tekanan negative di telinga tengah. Sebaliknya, terdapat gangguan
drainase cairan telinga tengah dan kemungkinan refluks sekresi esophagus ke
daerah ini yang secara normal bersifat steril. Cara masuk bakteri pada
kebanyakan pasien kemungkinan melalui tuba eustachii akibat kontaminasi secret
dalam nasofaring. Bakteri juga dapat masuk telinga tengah bila ada
perforasi membran tymphani. Eksudat purulen biasanya ada dalam telinga
tengah dan mengakibatkankehilangan pendengaran konduktif.
Manifestasi Klinis
v Otitis Media Akut
Gejala otitis media dapat bervariasi
menurut beratnya infeksi dan bisa sangat ringan dan sementara atau sangat
berat. Keadaan ini biasanya
unilateral pada orang dewasa.
· Membrane tymphani merah, sering menggelembung tanpa
tonjolan tulang yang dapat dilihat, tidak bergerak pada otoskopi pneumatic (
pemberian tekanan positif atau negative pada telinga tengah dengan insulator
balon yang dikaitkan ke otoskop ), dapat mengalami perforasi.
· Otorrhea, bila terjadi rupture membrane tymphani
· Keluhan nyeri telinga ( otalgia )
· Demam
· Anoreksia
· Limfadenopati servikal anterior
v Otitis Media Serosa
Pasien mungkin mengeluh kehilangan pendengaran, rasa penuh atau
gatal dalam telinga atau perasaan bendungan, atau bahkan suara letup atau
berderik, yang terjadi ketika tuba eustachii berusaha membuka. Membrane
tymphani tampak kusam (warna kuning redup sampai abu-abu pada otoskopi
pneumatik, dan dapat terlihat gelembung udara dalam telinga tengah. Audiogram
biasanya menunjukkan adanya kehilangan pendengaran konduktif.
v Otitis Media Kronik
Gejala dapat minimal, dengan berbagai
derajat kehilangan pendengaran dan terdapat otorrhea intermitten atau persisten
yang berbau busuk. Biasanya tidak ada nyeri kecuali pada kasus mastoiditis
akut, dimana daerah post aurikuler menjadi nyeri tekan dan bahkan merah dan
edema. Kolesteatoma, sendiri biasanya tidak menyebabkan nyeri. Evaluasi otoskopik
membrane timpani memperlihatkan adanya perforasi, dan kolesteatoma dapat
terlihat sebagai masa putih di belakang membrane timpani atau keluar ke
kanalis eksterna melalui lubang perforasi. Kolesteatoma dapat juga tidak
terlihat pada pemeriksaan oleh ahli otoskopi. Hasil audiometric pada kasus
kolesteatoma sering memperlihatkan kehilangan pendengaran konduktif atau
campuran.
Pemeriksaan Diagnostik
1.
Otoscope untuk melakukan auskultasi pada
bagian telinga luar
2.
Timpanogram untuk
mengukur keseuaian dan kekakuan membrane timpani
3.
Kultur dan uji
sensitifitas ; dilakukan bila dilakukan timpanosentesis (Aspirasi jarum
dari telinga tengah melalui membrane timpani).
Penatalaksanaan Medis
Hasil penatalaksanaan otitis media bergantung pada efektifitas terapi
( e.g :dosis antibiotika oral yang diresepkan dan durasi terapi ), virulensi
bakteri, dan status fisik klien
Antibiotik dapat digunakan untuk otitis
media akut. Pilihan pertama adalah Amoksisilin; pilihan kedua – digunakan bila
diperkirakan organismenya resisten terhadap amoksisilin – adalah amoksisilin
dengan klavulanat(Augmentin ; sefalosporin generasi kedua), atau trimetoprin
sulfametoksazol. Pada klien yang alergi penisilin, dapat diberikan eritronmisin
dan sulfonamide atau trimetoprim – sulfa.
Untuk otitis media serosa ( otitis media
dengan efusi ), terapi yang umum dilakukan adalah menunggu. Keadaan ini umumnya
sembuh sendiri dalam 2 bulan.
Untuk otitis media serosa yang persisten,
dianjurkan untuk melakukanmiringotomi. Miringotomi adalah prosedur bedah dengan
memasukkan selang penyeimbang tekanan ke dalam membrane timpani. Hal ini
memungkinkan ventilasi dari telinga tengah, mengurangi tekanan negative dan
memungkinkan drainase cairan. Selang itu umumnya lepas sendiri setelah 6 sampai
12 bulan. Kemungkinan komplikasinya adala atrofi membrane timpani,
timpanosklerosis (parut pada membrane timpani), perforasi kronik, dan
kolesteatoma.
Pengkajian
o Kaji adanya perilaku nyeri verbal dan non verbal
o Kaji adanya peningkatan suhu (indikasi adanya proses
infeksi)
o Kaji adanya pembesaran kelenjar limfe di daerah leher
o Kaji status nutrisi dan keadekuatan asupan cairan
berkalori
o Kaji kemungkinan tuli.
Diagnosa Keperawatan
v Nyeri R/t Inflamasi pada jaringan
telinga tengah
v Perubahan Sensori – Persepsi ; Auditorius R/t Gangguan
penghantaran bunyi pada organ pendengaran
v Gangguan Body Image R/t paralysis nervus fasialis ;
facial palsy
v Ancietas R/t Prosedur pembedahan ; Miringopalsty /
mastoidektomi
Intervensi Keperawatan
v Nyeri R/t proses inflamasi pada jaringan telinga
tengah
Tujuan : Penurunan rasa nyeri
Intervensi :
o Kaji tingkat intensitas klien & mekanisme koping
klien
o Berikan analgetik sesuai indikasi
o Alihkan perhatian klien dengan menggunakan teknik –
teknik relaksasi : distraksi, imajinasi terbimbing, touching, dll
v perubahan sensori – persepsi ; Auditorius R/t Gangguan
penghantaran bunyi pada organ pendengaran.
Tujuan : memperbaiki komunikasi
Intervensi :
o mengurangi kegaduhan pada lingkungan klien
o Memandang klien ketika sedang berbicara
o Berbicara jelas dan tegas pada klien tanpa perlu
berteriak
o Memberikan pencahayaan yang memadai bila klien
bergantung pada gerab bibir
o Menggunakan tanda – tanda nonverbal ( mis. Ekspresi
wajah, menunjuk, atau gerakan tubuh ) dan bentuk komunikasi lainnya.
o Instruksikan kepada keluarga atau orang terdekat klien
tentang bagaimana teknik komunikasi yang efektif sehingga mereka
dapat saling berinteraksi dengan klien
o Bila klien menginginkan dapat digunakan alat bantu
pendengaran.
v Gangguan Body Image R/t paralysis nervus fasialis
o Kaji tingkat kecemasan dan mekanisme koping klien
terlebih dahulu
o Beritahukan pada klien kemungkinan terjadinya fasial
palsy akibat tindak lanjut dari penyakit tersebut
o Informasikan bahwa keadaan ini biasanya hanya bersifat
sementara dan akan hilang dengan pengobatan yang teratur dan rutin.
v Ancietas R/t prosedur pembedahan ; miringoplasty /
mastoidektomi.
o Kaji tingkat kecemasan klien dan anjurkan klien untuk
mengungkapkan kecemasan serta keprihatinannya mengenai pembedahan.
o Informasi mengenai pembedahan dan lingkungan ruang
operasi penting untuk diketahui klien sebelum pembedahan
o Mendiskusikan harapan pasca operatif dapat membantu
mengurangi ansietas mengenai hal – hal yang tidak diketahui klien.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth., 1997, Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah, EGC, Jakarta.
Gale, Danielle.RN,MS.,& Jane Charette,
RN., 1996, Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi, EGC, Jakarta.
Price, Sylvia.A.,& Lorraine M.Wilson.,
1995, Patofisiologi edisi 4 buku 2, EGC, Jakarta.
Robbins & Kumar, 1995, Buku Ajar Patologi
II edisi 4, EGC, Jakarta.
ASKEP TEORITIS
1.
I. PENGKAJIAN
1)
Identitas klien
2)
Riwayat kesehatan
·
Riwayat kesehatan dahulu
Apakah ada kebiasaan
berenang, apakah pernah menderita gangguan pendengaran (kapan, berapa lama,
pengobatan apa yang dilakukan, bagaimana kebiasaan membersihkan telinga,
keadaan lingkungan tenan, daerah industri, daerah polusi), apakah riwayat pada
anggota keluarga.
·
Riwayat kesehatan
sekarang
kaji keluhan kesehatan
yang dirasakan pasien pada saat di anamnesa, Seperti penjabaran dari riwayat
adanya kelainan nyeri yang dirasakan.
·
Riwayat kesehatan
keluarga
·
Mengkaji ada atau tidak
salah satu keluarga yang mengalami penyakit yang sama. Ada atau tidaknya
riwayat infeksi saluran nafas atas yang berulang dan riwayat alergi pada
keluarga.
3)
Pemeriksaan fisik
1.
Keadaan umum klien
·
Kepala
Lakukan Inspeksi,palpasi,perkusi
dan di daerah telinga,dengan menggunakan senter ataupun alat-alat lain
nya apakah ada cairan yang keluar dari telinga,bagaimana warna, bau, dan
jumlah.apakah ada tanda-tanda radang.
·
Kaji adanya nyeri pada
telinga
·
Leher, Kaji adanya
pembesaran kelenjar limfe di daerah leher
·
Dada / thorak
·
Jantung
·
Perut / abdomen
·
Genitourinaria
·
Ekstremitas
·
Sistem integumen
·
Sistem neurologi
·
Data pola kebiasaan
sehari-hari
1.
Nutrisi
Bagaimana pola makan dan
minum klien pada saat sehat dan sakit,apakah ada perbedaan konsumsi diit nya.
1.
Eliminasi
Kaji miksi,dan defekasi
klien
1.
Aktivitas sehari-hari
dan perawatan diri
Biasanya klien dengan
gangguan otitis media ini,agak susah untk berkomunikasi dengan orang lain
karena ada gangguan pada telinga nya sehingga ia kurang mendengar/kurang
nyambung tentang apa yang di bicarakan orang lain.
1.
Pemeriksaan diagnostik
Tes Audiometri : AC
menurun
X ray : terhadap kondisi
patologi
Tes berbisik
Tes garpu tala
1.
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1)
Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan prosesperadangan pada telinga
tengah
2)
Gangguan berkomunikasi berhubungan dengan efek kehilanganpendengaran
3)
Perubahan persepsi/sensoris berhubungan dengan obstruksi, infeksidi telinga
tengah atau kerusakan di syaraf pendengaran.
4)
Cemas berhubuangan dengan nyeri yang semakin memberat
1.
III. INTERVENSI
KEPERAWATAN
v Gangguan rasa nyaman (nyeri)
berhubungan dengan proses peradangan pada telinga tengah
Tujuan : nyeri berkurang
atau hilang
Kriteria hasil :Nyeri yang
dirasakan kien berkurang dengan skala 2-0 darirentang skala 0-10
Intervensi Keperawatan :
·
Ajarkan teknik relaksasi
pada klien dengan mengajarkan teknik relaksasi (misalnya bernafas
perlahan, teratur, atau nafas dalam)
·
Kolaborasikan dengan tim
medis dalam pemberian analgetik
·
Kaji kembali nyeri yang
dirasa oleh klien setelah 30 menitpemberian analgetik
·
Beri informasi kepada
klien dan keluarga tentang penyebab yeriyang dirasa
Rasional
·
Teknik relaksasi yang
benar dan efektif dapat membantumengurangi nyeri
yang
dirasab.
·
Analgetik dapat menekan
pusat saraf rasa nyeri, sehingga nyeridapat berkurang
·
Untuk mengetahui
keefektifan pemberian analgetik
·
Informasi yang cukup
dapat mengurangi kecemasan yang dirasaoleh klien dan keluarga
v Gangguan berkomunikasi
berhubungan dengan efek kehilangan pendengaran.
Tujuan : Klien dapat
kembali mendengar dan melakukan komunikasi
Kriteria hasil :
·
Klien dapat melakukan
komunikasi dengan baik
·
Menerima pesan melalui
metoda pilihan (misal : komunikasitulisan, bahasa lambang, berbicara dengan
jelas pada telinga yangbaik.
Intervensi Keperawatan :
·
Dapatkan apa metode
komunikasi yang dinginkan dan catat padarencana perawatan metode yang digunakan
oleh staf dan klien, eperti : tulisan, berbicara, ataupun bahasa isyarat.
·
Kaji kemampuan untuk
menerima pesan secara verbal.- Jika ia dapat mendegar pada satu telinga,
berbicara denganperlahan dan dengan jelas langsung ke telinga yang baik (hal
inilebih baik daripada berbicara dengan keras).
·
Tempatkan klien dengan
telinga yang baik berhada pandengan pintu.
·
Dekati klien dari sisi
telinga yang baik.-
·
Jika klien dapat membaca
ucapan
·
Lihat langsung pada
klien dan bicaralah lambat dan jelas.
·
Hindari berdiri di depan
cahaya karena dapatmenyebabkan klien tidak dapat membaca bibi anda.-
·
Perkecil distraksi yang
dapat menghambat konsentrasi klien.
·
Minimalkan percakapan
jika klien kelelahan atau gunakankomunikasi tertulis.
·
Tegaskan komunikasi
penting dengan menuliskannya.-
·
Jika ia hanya mampu
bahasa isyarat, sediakan penerjemah.Alamatkan semua komunikasi pada klien,
tidak kepadapenerjemah. Jadi seolah-olah perawat sendiri yang langsungberbicara
kepada klien dnegan mengabaikan keberadaanpenerjemah.
·
Gunakan faktor-faktor
yang meningkatkan pendengaran danpemahaman
·
Bicara dengan jelas,
menghadap individu.
·
Ulangi jika klien tidak
memahami seluruh isi pembicaraan.
·
Gunakan rabaan dan
isyarat untuk meningkatkan komunikasi.
·
Validasi pemahaman
individu dengan mengajukan pertanyaanyang memerlukan jawaban lebih dari ya dan
tidak.
Rasional :
·
Dengan mengetahui metode
komunikasi yang diinginkan oleh klienmaka metode yang akan digunakan dapat
disesuaikan dengankemampuan dan keterbatasan klien.
·
Pesan yang ingin
disampaikan oleh perawat kepada klien dapatditerima dengan baik oleh klien.
·
Memungkinkan komunikasi
dua arah anatara perawat dengan kliendapat berjalan dnegan baik dan klien dapat
menerima pesanperawat secara tepat.
v Perubahan persepsi/sensoris
berhubungan dengan obstruksi, infeksidi telinga tengah atau kerusakan di syaraf
pendengaran.
Tujuan : Persepsi /
sensoris baik.
Kriteria hasil :
Klien akan mengalami peningkatan persepsi/sensoris pendengaransampai pada
tingkat fungsional
Intervensi
Keperawatan :
·
Ajarkan klien untuk
menggunakan dan merawat alat pendengaransecara tepat
·
Instruksikan klien untuk
menggunakan teknik-teknik yang amandalam perawatan telinga (seperti: saat
membersihkan denganmenggunakan cutton bud secara hati-hati, sementara
waktu hindariberenang ataupun kejadian ISPA) sehingga dapat mencegahterjadinya
ketulian lebih jauh.
·
Observasi tanda-tanda
awal kehilangan pendengaran yang lanjut.
·
Instruksikan klien untuk
menghabiskan seluruh dosis antibiotik yang diresepkan (baik itu antibiotik
sistemik maupun lokal).
Rasional :
·
Keefektifan alat
pendengaran tergantung pada tipegangguan/ketulian, pemakaian serta perawatannya
yang tepat.
·
Apabila penyebab pokok
ketulian tidak progresif, makapendengaran yang tersisa sensitif terhadap trauma
dan infeksisehingga harus dilindungi.
·
Diagnosa dini terhadap
keadaan telinga atau terhadap masalah-masalah pendengaran rusak secara
permanen.
·
Penghentian terapi
antibiotika sebelum waktunya dapatmenyebabkan organisme sisa resisten sehingga
infeksi akanberlanjut.
v Cemas berhubuangan dengan nyeri
yang semakin memberat
Tujuan : Rasa cemas
klien akan berkurang/hilang.
Kriteria hasil :
·
Klien mampu
mengungkapkan ketakutan/kekuatirannya.
·
Respon klien tampak
tersenyum.
Intervensi Keperawatan :
·
Berikan informasi kepada
klien seputar kondisinya dan gangguanyang dialami.
·
Diskusikan dengan klien
mengenai kemungkinan kemajuan darifungsi pendengarannya untuk mempertahankan
harapan kliendalam berkomunikasi.
·
Berikan informasi
mengenai kelompok yang juga pernahmengalami gangguan seperti yang dialami klien
untuk memberikandukungan kepada klien.
·
Berikan informasi
mengenai sumber-sumber dan alat-lat yangtersedia yang dapat membantu klien.
Rasional :
·
Menunjukkan kepada klien
bahwa dia dapat berkomunikasi denganefektif tanpa menggunakan alat khusus,
sehingga dapat mengurangirasa cemasnya.
·
Harapan-harapan yang
tidak realistik tidak dapat mengurangikecemasan, justru malah menimbulkan
ketidak percayaan klienterhadap perawat.
·
Memungkinkan klien untuk
memilih metode komunikasi yangpaling tepat untuk kehidupannya sehari-hari
disesuaikan dnegantingkat keterampilannya sehingga dapat mengurangi rasa cemas
danfrustasinya.
·
Dukungan dari bebarapa
orang yang memiliki pengalaman yangsama akan sangat membantu klien.
Mansjoer Arif dkk. 2000.Kapita Selekta Kedokteran Jilid
I . MediaAesculapius Fakultas Kedokteran Indonesia.Jakarta.
Soepardi, Efiaty Arsyad & Nurbaiti Iskandar. 1998
Sjamsuhidajat & Wim De Jong. 1997
http://www.scribd.com/doc/36493975/OTITIS-MEDIA, dikutip pada tanggal 12 november 2012
Otitis Media Akut (OMA)
Pengertian
Otitis media akut (OMA) adalah peradangan akut sebagian atau seluruh periosteum telinga tengah (Kapita selekta kedokteran, 1999).
Yang paling sering terlihat ialah :
Pengertian
Otitis media akut (OMA) adalah peradangan akut sebagian atau seluruh periosteum telinga tengah (Kapita selekta kedokteran, 1999).
Yang paling sering terlihat ialah :
1.
Otitis media viral
akut
2.
Otitis media bakterial
akut
3.
Otitis media nekrotik
akut
Etiologi
Penyebabnya adalah bakteri piogenik seperti streptococcus haemolyticus, staphylococcus aureus, pneumococcus , haemophylus influenza, escherecia coli, streptococcus anhaemolyticus, proteus vulgaris, pseudomonas aerugenosa.
Patofisiologi
Umumnya otitis media dari nasofaring yang kemudian mengenai telinga tengah, kecuali pada kasus yang relatif jarang, yang mendapatkan infeksi bakteri yang membocorkan membran timpani. Stadium awal komplikasi ini dimulai dengan hiperemi dan edema pada mukosa tuba eusthacius bagian faring, yang kemudian lumennya dipersempit oleh hiperplasi limfoid pada submukosa.
Gangguan ventilasi telinga tengah ini disertai oleh terkumpulnya cairan eksudat dan transudat dalam telinga tengah, akibatnya telinga tengah menjadi sangat rentan terhadap infeksi bakteri yang datang langsung dari nasofaring. Selanjutnya faktor ketahanan tubuh pejamu dan virulensi bakteri akan menentukan progresivitas penyakit.
Pemeriksaan Penunjang
1.
Otoskop pneumatik
untuk melihat membran timpani yang penuh, bengkak dan tidak tembus cahaya
dengan kerusakan mogilitas.
2.
Kultur cairan melalui
mambran timpani yang pecah untuk mengetahui organisme penyebab.
Asuhan Keperawatan Pasien Otitis Media Akut (OMA)
·
Sakit telinga/nyeri
·
Penurunan/tak ada
ketajaman pendengaran pada satu atau kedua telinga
·
Tinitus
·
Perasaan penuh pada
telinga
·
Suara bergema dari
suara sendiri
·
Bunyi “letupan”
sewaktu menguap atau menelan
·
Vertigo, pusing, gatal
pada telinga
·
Penggunaan minyak,
kapas lidi, peniti untuk membersihkan telinga
·
Penggunanaan obat (streptomisin,
salisilat, kuirin, gentamisin)
·
Tanda-tanda vital
(suhu bisa sampai 40o C), demam
·
Kemampuan membaca
bibir atau memakai bahasa isyarat
·
Reflek kejut
·
Toleransi terhadap
bunyi-bunyian keras
·
Tipe warna 2 jumlah
cairan
·
Cairan telinga; hitam,
kemerahan, jernih, kuning
·
Alergi
·
Dengan otoskop tuba
eustacius bengkak, merah, suram
·
Adanya riwayat infeksi
saluran pernafasan atas, infeksi telinga sebelumnya, alergi
Diagnosa Keperawatan yang Muncul
1.
Nyeri berhubungan
dengan proses peradangan pada telinga
2.
Resiko tinggi infeksi
berhubungan dengan tidak adekuatnya pengobatan
3.
Resiko tinggi injury
berhubungan dengan penurunan persepsi sensori
Intervensi
1.
Nyeri berhubungan
dengan proses peradangan pada telinga
Tujuan :
Nyeri berkurang atau hilang
Intervensi :
Tujuan :
Nyeri berkurang atau hilang
Intervensi :
o
Beri posisi nyaman ;
dengan posisi nyaman dapat mengurangi nyeri.
o
Kompres panas di
telinga bagian luar ; untuk mengurangi nyeri.
o
Kompres dingin ; untuk
mengurangi tekanan telinga (edema)
o
Kolaborasi pemberian
analgetik dan antibiotik
2.
Resiko tinggi infeksi berhubungan
dengan tidak adekuatnya pengobatan
Tujuan :
Tidak terjadi tanda-tanda infeksi
Intervensi :
Tujuan :
Tidak terjadi tanda-tanda infeksi
Intervensi :
o
Kaji tanda-tanda
perluasan infeksi, mastoiditis, vertigo ; untuk mengantisipasi perluasan lebih
lanjut.
o
Jaga kebersihan pada
daerah liang telinga ; untuk mengurangi pertumbuhan mikroorganisme.
o
Hindari mengeluarkan
ingus dengan paksa/terlalu keras (sisi) ; untuk menghindari transfer organisme
dari tuba eustacius ke telinga tengah.
o
Kolaborasi pemberian
antibiotik.
3.
Resiko tinggi injury
berhubungan dengan penurunan persepsi sensori
Tujuan :
Tidak terjadi injury atau perlukaan
Intervensi :
Tujuan :
Tidak terjadi injury atau perlukaan
Intervensi :
o
Pegangi anak atau
dudukkan anak di pangkuan saat makan ; meminimalkan anak agar tidak jatuh
o
Pasang restraint pada
sisi tempat tidur ; meminimalkan agar anak tidak jatuh.
o
Jaga anak saat
beraktivitas ; meminimalkan agar anak tidak jatuh.
o
Tempatkan perabot
teratur ; meminimalkan agar anak tidak terluka.
Daftar Pustaka
1. Donna L. Wong, L.F. Whaley, Nursing Care of Infants and Children, Mosby Year Book.
2. Efiaty Arsyad, S, Nurbaiti Iskandar, Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorokan, Edisi III, FKUI,1997.
3. Wong Whaley, Clinical Manual of Pediatric Nursing, Mosby Year Book.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar