Rabu, 08 Januari 2014

.
Pengertian

Otitis media adalah inflamasi pada bagian telinga tengah. Otitis media sebenarnya adalah diagnosa yang paling sering dijumpai pada anak – anak di bawah usia 15 tahun. Ada 3 ( tiga ) jenis otitis media yang paling umum ditemukan di klinik, yaitu :

· Otitis Media Akut
· Otitis Media Serosa (Otitis media dengan efusi)
· Otitis Media Kronik 

Otitis media akut adalah keadaan dimana terdapatnya cairan di dalam telinga tengah dengan tanda dan gejala infeksi. 

Otitis media serosa / efusi adalah keadaan terdapatnya cairan di dalam telinga tengah tanpa adanya tanda dan gejala infeksi aktif. Secara teori, cairan ini sebagai akibat tekanan negative dalam telinga tengah yang disebabkan oleh obstruksi tuba eustachii. Pada penyakit ini, tidak ada agen penyebab definitive yang telah diidentifikasi, meskipun otitis media dengan efusi lebih banyak terdapat pada anak yang telah sembuh dari otitis media akut dan biasanya dikenal dengan “glue ear”. Bila terjadi pada orang dewasa,penyebab lain yang mendasari terjadinya disfungsi tuba eustachii harus dicari. Efusi telinga tengah sering terlihat pada pasien setelah mengalami radioterapi dan barotrauma ( eg : penyelam ) dan pada pasien dengan disfungsi tuba eustachii akibat infeksi atau alergi saluran napas atas yang terjadi.
Otitis media kronik sendiri adalah kondisi yang berhubungan dengan patologi jaringan irreversible dan biasanya disebabkan oleh episode berulang otitis media akut yang tak tertangani. Sering berhubungan dengan perforasi menetap membrane timpani. Infeksi kronik telinga tengah tak hanya mengakibatkan kerusakan membrane timpani tetapi juga dapat menghancurkan osikulus dan hampir selalu melibatkan mastoid. Sebelum penemuan antibiotic, infeksi mastoid merupakan infeksi yang mengancam jiwa. Sekarang, penggunaan antibiotic yang bijaksana pada otitis media akut telah menyebabkan mastoiditis koalesens akut menjadi jarang. Kebanyakan kasus mastoiditis akut sekarang ditemukan pada pasien yang tidak mendapatkan perawatan telinga yang memadai dan mengalami infeksi telinga yang tak ditangani. Mastoiditis kronik lebih sering, dan beberapa dari infeksi kronik ini, dapat mengakibatkan pembentukan kolesteatoma, yang merupakan pertumbuhan kulit ke dalam ( epitel skuamosa ) dari lapisan luar membrane timpani ke telinga tengah. Kulit dari membrane timpani lateral membentuk kantong luar, yang akan berisi kulit yang telah rusak dan bahan sebaseus. Kantong dapat melekat ke struktur telinga tengah dan mastoid. Bila tidak ditangani, kolesteatoma dapat tumbuh terus dan menyebabkan paralysis nervus fasialis ( N. Cranial VII ), kehilangan pendengaran sensorineural dan/ atau gangguan keseimbangan (akibat erosi telinga dalam) dan abses otak.

Etiologi
Penyebab utama otitis media akut adalah masuknya bakteri patogenik ke dalam telinga tengah yang normalnya adalah steril. Paling sering terjadi bila terdapat disfungsi tuba eustachii seperti obstruksi yang disebabkan oleh infeksi saluran pernafasan atas, inflamasi jaringan disekitarnya (eg : sinusitis, hipertrofi adenoid) atau reaksi alergik ( eg : rhinitis alergika). Bakteri yang umum ditemukan sebagai organisme penyebab adalah Streptococcus peneumoniae, Hemophylus influenzae, Streptococcus pyogenes, dan Moraxella catarrhalis.

Patofisiologi
Pada gangguan ini biasanya terjadi disfungsi tuba eustachii seperti obstruksi yang diakibatkan oleh infeksi saluran nafas atas, sehingga timbul tekanan negative di telinga tengah. Sebaliknya, terdapat gangguan drainase cairan telinga tengah dan kemungkinan refluks sekresi esophagus ke daerah ini yang secara normal bersifat steril. Cara masuk bakteri pada kebanyakan pasien kemungkinan melalui tuba eustachii akibat kontaminasi secret dalam nasofaring. Bakteri juga dapat masuk telinga tengah bila ada perforasi membran tymphani. Eksudat purulen biasanya ada dalam telinga tengah dan mengakibatkankehilangan pendengaran konduktif.

Manifestasi Klinis
Otitis Media Akut
Gejala otitis media dapat bervariasi menurut beratnya infeksi dan bisa sangat ringan dan sementara atau sangat berat. Keadaan ini biasanya unilateral pada orang dewasa.
· Membrane tymphani merah, sering menggelembung tanpa tonjolan tulang yang dapat dilihat, tidak bergerak pada otoskopi pneumatic ( pemberian tekanan positif atau negative pada telinga tengah dengan insulator balon yang dikaitkan ke otoskop ), dapat mengalami perforasi.
· Otorrhea, bila terjadi rupture membrane tymphani
· Keluhan nyeri telinga ( otalgia )
· Demam
· Anoreksia
· Limfadenopati servikal anterior

Otitis Media Serosa
Pasien mungkin mengeluh kehilangan pendengaran, rasa penuh atau gatal dalam telinga atau perasaan bendungan, atau bahkan suara letup atau berderik, yang terjadi ketika tuba eustachii berusaha membuka. Membrane tymphani tampak kusam (warna kuning redup sampai abu-abu pada otoskopi pneumatik, dan dapat terlihat gelembung udara dalam telinga tengah. Audiogram biasanya menunjukkan adanya kehilangan pendengaran konduktif.

Otitis Media Kronik
Gejala dapat minimal, dengan berbagai derajat kehilangan pendengaran dan terdapat otorrhea intermitten atau persisten yang berbau busuk. Biasanya tidak ada nyeri kecuali pada kasus mastoiditis akut, dimana daerah post aurikuler menjadi nyeri tekan dan bahkan merah dan edema. Kolesteatoma, sendiri biasanya tidak menyebabkan nyeri. Evaluasi otoskopik membrane timpani memperlihatkan adanya perforasi, dan kolesteatoma dapat terlihat sebagai masa putih di belakang membrane timpani atau keluar ke kanalis eksterna melalui lubang perforasi. Kolesteatoma dapat juga tidak terlihat pada pemeriksaan oleh ahli otoskopi. Hasil audiometric pada kasus kolesteatoma sering memperlihatkan kehilangan pendengaran konduktif atau campuran.

Pemeriksaan Diagnostik
1.                  Otoscope untuk melakukan auskultasi pada bagian telinga luar
2.                  Timpanogram untuk mengukur keseuaian dan kekakuan membrane timpani
3.                  Kultur dan uji sensitifitas ; dilakukan bila dilakukan timpanosentesis (Aspirasi jarum dari telinga tengah melalui membrane timpani).
Penatalaksanaan Medis
Hasil penatalaksanaan otitis media bergantung pada efektifitas terapi ( e.g :dosis antibiotika oral yang diresepkan dan durasi terapi ), virulensi bakteri, dan status fisik klien
Antibiotik dapat digunakan untuk otitis media akut. Pilihan pertama adalah Amoksisilin; pilihan kedua – digunakan bila diperkirakan organismenya resisten terhadap amoksisilin – adalah amoksisilin dengan klavulanat(Augmentin ; sefalosporin generasi kedua), atau trimetoprin sulfametoksazol. Pada klien yang alergi penisilin, dapat diberikan eritronmisin dan sulfonamide atau trimetoprim – sulfa.
Untuk otitis media serosa ( otitis media dengan efusi ), terapi yang umum dilakukan adalah menunggu. Keadaan ini umumnya sembuh sendiri dalam 2 bulan.
Untuk otitis media serosa yang persisten, dianjurkan untuk melakukanmiringotomi. Miringotomi adalah prosedur bedah dengan memasukkan selang penyeimbang tekanan ke dalam membrane timpani. Hal ini memungkinkan ventilasi dari telinga tengah, mengurangi tekanan negative dan memungkinkan drainase cairan. Selang itu umumnya lepas sendiri setelah 6 sampai 12 bulan. Kemungkinan komplikasinya adala atrofi membrane timpani, timpanosklerosis (parut pada membrane timpani), perforasi kronik, dan kolesteatoma.

Pengkajian
Kaji adanya perilaku nyeri verbal dan non verbal
o Kaji adanya peningkatan suhu (indikasi adanya proses infeksi)
o Kaji adanya pembesaran kelenjar limfe di daerah leher
Kaji status nutrisi dan keadekuatan asupan cairan berkalori
o Kaji kemungkinan tuli.

Diagnosa Keperawatan
Nyeri R/t Inflamasi pada jaringan telinga tengah
Perubahan Sensori – Persepsi ; Auditorius R/t Gangguan penghantaran bunyi pada organ pendengaran
Gangguan Body Image R/t paralysis nervus fasialis ; facial palsy
Ancietas R/t Prosedur pembedahan ; Miringopalsty / mastoidektomi

Intervensi Keperawatan
Nyeri R/t proses inflamasi pada jaringan telinga tengah
Tujuan : Penurunan rasa nyeri
Intervensi :
Kaji tingkat intensitas klien & mekanisme koping klien
o Berikan analgetik sesuai indikasi
o Alihkan perhatian klien dengan menggunakan teknik – teknik relaksasi : distraksi, imajinasi terbimbing, touching, dll
v perubahan sensori – persepsi ; Auditorius R/t Gangguan penghantaran bunyi pada organ pendengaran.
Tujuan : memperbaiki komunikasi
Intervensi :
o mengurangi kegaduhan pada lingkungan klien
o Memandang klien ketika sedang berbicara
Berbicara jelas dan tegas pada klien tanpa perlu berteriak
Memberikan pencahayaan yang memadai bila klien bergantung pada gerab bibir
Menggunakan tanda – tanda nonverbal ( mis. Ekspresi wajah, menunjuk, atau gerakan tubuh ) dan bentuk komunikasi lainnya.
Instruksikan kepada keluarga atau orang terdekat klien tentang bagaimana teknik komunikasi yang efektif sehingga mereka dapat saling berinteraksi dengan klien
Bila klien menginginkan dapat digunakan alat bantu pendengaran.
v Gangguan Body Image R/t paralysis nervus fasialis
Kaji tingkat kecemasan dan mekanisme koping klien terlebih dahulu
Beritahukan pada klien kemungkinan terjadinya fasial palsy akibat tindak lanjut dari penyakit tersebut
Informasikan bahwa keadaan ini biasanya hanya bersifat sementara dan akan hilang dengan pengobatan yang teratur dan rutin.
v Ancietas R/t prosedur pembedahan ; miringoplasty / mastoidektomi.
o Kaji tingkat kecemasan klien dan anjurkan klien untuk mengungkapkan kecemasan serta keprihatinannya mengenai pembedahan.
o Informasi mengenai pembedahan dan lingkungan ruang operasi penting untuk diketahui klien sebelum pembedahan
Mendiskusikan harapan pasca operatif dapat membantu mengurangi ansietas mengenai hal – hal yang tidak diketahui klien.

DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth., 1997, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, EGC, Jakarta.
Gale, Danielle.RN,MS.,& Jane Charette, RN., 1996, Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi, EGC, Jakarta.
Price, Sylvia.A.,& Lorraine M.Wilson., 1995, Patofisiologi edisi 4 buku 2, EGC, Jakarta.
Robbins & Kumar, 1995, Buku Ajar Patologi II edisi 4, EGC, Jakarta.
























ASKEP TEORITIS

1.                  I.       PENGKAJIAN
1)      Identitas klien
2)      Riwayat kesehatan
·                     Riwayat kesehatan dahulu
Apakah ada kebiasaan berenang, apakah pernah menderita gangguan pendengaran (kapan, berapa lama, pengobatan apa yang dilakukan, bagaimana kebiasaan membersihkan telinga, keadaan lingkungan tenan, daerah industri, daerah polusi), apakah riwayat pada anggota keluarga.
·                     Riwayat kesehatan sekarang
kaji keluhan kesehatan yang dirasakan pasien pada saat di anamnesa, Seperti penjabaran dari riwayat adanya kelainan nyeri yang dirasakan.
·                     Riwayat kesehatan keluarga
·                     Mengkaji ada atau tidak salah satu keluarga yang mengalami penyakit yang sama. Ada atau tidaknya riwayat infeksi saluran nafas atas yang berulang dan riwayat alergi pada keluarga.
3)      Pemeriksaan fisik
1.                  Keadaan umum klien
·                     Kepala
Lakukan Inspeksi,palpasi,perkusi dan  di daerah telinga,dengan menggunakan senter ataupun alat-alat lain nya apakah ada cairan yang keluar dari telinga,bagaimana warna, bau, dan jumlah.apakah ada tanda-tanda radang.
·                     Kaji adanya nyeri pada telinga
·                     Leher, Kaji adanya pembesaran kelenjar limfe di daerah leher
·                     Dada / thorak
·                     Jantung
·                     Perut / abdomen
·                     Genitourinaria
·                     Ekstremitas
·                     Sistem integumen
·                     Sistem neurologi
·                     Data pola kebiasaan sehari-hari

1.                  Nutrisi
Bagaimana pola makan dan minum klien pada saat sehat dan sakit,apakah ada perbedaan konsumsi diit nya.
1.                  Eliminasi
Kaji miksi,dan defekasi klien

1.                  Aktivitas sehari-hari dan perawatan diri
Biasanya klien dengan gangguan otitis media ini,agak susah untk berkomunikasi dengan orang lain karena ada gangguan pada telinga nya sehingga ia kurang mendengar/kurang nyambung tentang apa yang di bicarakan orang lain.

1.                  Pemeriksaan diagnostik
Tes Audiometri : AC menurun
X ray : terhadap kondisi patologi
Tes berbisik
Tes garpu tala

1.                  II.    DIAGNOSA KEPERAWATAN
1)      Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan prosesperadangan pada telinga tengah
2)      Gangguan berkomunikasi berhubungan dengan efek kehilanganpendengaran
3)      Perubahan persepsi/sensoris berhubungan dengan obstruksi, infeksidi telinga tengah atau kerusakan di syaraf pendengaran.
4)      Cemas berhubuangan dengan nyeri yang semakin memberat

1.                  III.   INTERVENSI KEPERAWATAN
v  Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan proses peradangan pada telinga tengah
Tujuan : nyeri berkurang atau hilang
Kriteria hasil :Nyeri yang dirasakan kien berkurang dengan skala 2-0 darirentang skala 0-10
Intervensi Keperawatan :
·                     Ajarkan teknik relaksasi pada klien dengan mengajarkan teknik relaksasi (misalnya bernafas perlahan, teratur, atau nafas dalam)
·                     Kolaborasikan dengan tim medis dalam pemberian analgetik 
·                     Kaji kembali nyeri yang dirasa oleh klien setelah 30 menitpemberian analgetik 
·                     Beri informasi kepada klien dan keluarga tentang penyebab yeriyang dirasa
Rasional
·                     Teknik relaksasi yang benar dan efektif dapat membantumengurangi nyeri yang                dirasab.
·                     Analgetik dapat menekan pusat saraf rasa nyeri, sehingga nyeridapat berkurang
·                     Untuk mengetahui keefektifan pemberian analgetik
·                     Informasi yang cukup dapat mengurangi kecemasan yang dirasaoleh klien dan keluarga

v  Gangguan berkomunikasi berhubungan dengan efek kehilangan pendengaran.
Tujuan : Klien dapat kembali mendengar dan melakukan komunikasi
Kriteria hasil : 
·                     Klien dapat melakukan komunikasi dengan baik 
·                     Menerima pesan melalui metoda pilihan (misal : komunikasitulisan, bahasa lambang, berbicara dengan jelas pada telinga yangbaik.

Intervensi Keperawatan :
·                     Dapatkan apa metode komunikasi yang dinginkan dan catat padarencana perawatan metode yang digunakan oleh staf dan klien, eperti : tulisan, berbicara, ataupun bahasa isyarat.
·                     Kaji kemampuan untuk menerima pesan secara verbal.- Jika ia dapat mendegar pada satu telinga, berbicara denganperlahan dan dengan jelas langsung ke telinga yang baik (hal inilebih baik daripada berbicara dengan keras).
·                     Tempatkan klien dengan telinga yang baik berhada pandengan pintu.
·                     Dekati klien dari sisi telinga yang baik.-
·                     Jika klien dapat membaca ucapan
·                     Lihat langsung pada klien dan bicaralah lambat dan jelas.
·                     Hindari berdiri di depan cahaya karena dapatmenyebabkan klien tidak dapat membaca bibi anda.-
·                     Perkecil distraksi yang dapat menghambat konsentrasi klien.
·                     Minimalkan percakapan jika klien kelelahan atau gunakankomunikasi tertulis.
·                     Tegaskan komunikasi penting dengan menuliskannya.-
·                     Jika ia hanya mampu bahasa isyarat, sediakan penerjemah.Alamatkan semua komunikasi pada klien, tidak kepadapenerjemah. Jadi seolah-olah perawat sendiri yang langsungberbicara kepada klien dnegan mengabaikan keberadaanpenerjemah.
·                     Gunakan faktor-faktor yang meningkatkan pendengaran danpemahaman
·                     Bicara dengan jelas, menghadap individu.
·                     Ulangi jika klien tidak memahami seluruh isi pembicaraan.
·                     Gunakan rabaan dan isyarat untuk meningkatkan komunikasi.
·                     Validasi pemahaman individu dengan mengajukan pertanyaanyang memerlukan jawaban lebih dari ya dan tidak.
Rasional :
·                     Dengan mengetahui metode komunikasi yang diinginkan oleh klienmaka metode yang akan digunakan dapat disesuaikan dengankemampuan dan keterbatasan klien.
·                     Pesan yang ingin disampaikan oleh perawat kepada klien dapatditerima dengan baik oleh klien.
·                     Memungkinkan komunikasi dua arah anatara perawat dengan kliendapat berjalan dnegan baik dan klien dapat menerima pesanperawat secara tepat.

v  Perubahan persepsi/sensoris berhubungan dengan obstruksi, infeksidi telinga tengah atau kerusakan di syaraf pendengaran.
Tujuan : Persepsi / sensoris baik.
Kriteria hasil :  Klien akan mengalami peningkatan persepsi/sensoris pendengaransampai pada tingkat fungsional  
 Intervensi Keperawatan :
·                     Ajarkan klien untuk menggunakan dan merawat alat pendengaransecara tepat
·                     Instruksikan klien untuk menggunakan teknik-teknik yang amandalam perawatan telinga (seperti: saat membersihkan denganmenggunakan cutton bud  secara hati-hati, sementara waktu hindariberenang ataupun kejadian ISPA) sehingga dapat mencegahterjadinya ketulian lebih jauh.
·                     Observasi tanda-tanda awal kehilangan pendengaran yang lanjut.
·                     Instruksikan klien untuk menghabiskan seluruh dosis antibiotik yang diresepkan (baik itu antibiotik sistemik maupun lokal).
Rasional :
·                     Keefektifan alat pendengaran tergantung pada tipegangguan/ketulian, pemakaian serta perawatannya yang tepat.
·                     Apabila penyebab pokok ketulian tidak progresif, makapendengaran yang tersisa sensitif terhadap trauma dan infeksisehingga harus dilindungi.
·                     Diagnosa dini terhadap keadaan telinga atau terhadap masalah-masalah pendengaran rusak secara permanen.
·                     Penghentian terapi antibiotika sebelum waktunya dapatmenyebabkan organisme sisa resisten sehingga infeksi akanberlanjut.

v  Cemas berhubuangan dengan nyeri yang semakin memberat 
Tujuan : Rasa cemas klien akan berkurang/hilang.
Kriteria hasil :
·                     Klien mampu mengungkapkan ketakutan/kekuatirannya.
·                     Respon klien tampak tersenyum.
Intervensi Keperawatan :
·                     Berikan informasi kepada klien seputar kondisinya dan gangguanyang dialami.
·                     Diskusikan dengan klien mengenai kemungkinan kemajuan darifungsi pendengarannya untuk mempertahankan harapan kliendalam berkomunikasi.
·                     Berikan informasi mengenai kelompok yang juga pernahmengalami gangguan seperti yang dialami klien untuk memberikandukungan kepada klien.
·                     Berikan informasi mengenai sumber-sumber dan alat-lat yangtersedia yang dapat membantu klien.
Rasional :
·                     Menunjukkan kepada klien bahwa dia dapat berkomunikasi denganefektif tanpa menggunakan alat khusus, sehingga dapat mengurangirasa cemasnya.
·                     Harapan-harapan yang tidak realistik tidak dapat mengurangikecemasan, justru malah menimbulkan ketidak percayaan klienterhadap perawat.
·                     Memungkinkan klien untuk memilih metode komunikasi yangpaling tepat untuk kehidupannya sehari-hari disesuaikan dnegantingkat keterampilannya sehingga dapat mengurangi rasa cemas danfrustasinya.
·                     Dukungan dari bebarapa orang yang memiliki pengalaman yangsama akan sangat membantu klien.

Mansjoer Arif dkk. 2000.Kapita Selekta Kedokteran Jilid I . MediaAesculapius Fakultas Kedokteran Indonesia.Jakarta.

Soepardi, Efiaty Arsyad & Nurbaiti Iskandar. 1998

 Sjamsuhidajat & Wim De Jong. 1997

http://www.scribd.com/doc/36493975/OTITIS-MEDIA, dikutip pada tanggal 12 november 2012

http://www.scribd.com/doc/4825625/Otitis-Media-Akut dikutip pada tanggal 7 november 2012


















Otitis Media Akut (OMA)

Pengertian

Otitis media akut (OMA) adalah peradangan akut sebagian atau seluruh periosteum telinga tengah (Kapita selekta kedokteran, 1999).

Yang paling sering terlihat ialah :
1.                  Otitis media viral akut
2.                  Otitis media bakterial akut
3.                  Otitis media nekrotik akut


Etiologi

Penyebabnya adalah bakteri piogenik seperti streptococcus haemolyticus, staphylococcus aureus, pneumococcus , haemophylus influenza, escherecia coli, streptococcus anhaemolyticus, proteus vulgaris, pseudomonas aerugenosa.


Patofisiologi

Umumnya otitis media dari nasofaring yang kemudian mengenai telinga tengah, kecuali pada kasus yang relatif jarang, yang mendapatkan infeksi bakteri yang membocorkan membran timpani. Stadium awal komplikasi ini dimulai dengan hiperemi dan edema pada mukosa tuba eusthacius bagian faring, yang kemudian lumennya dipersempit oleh hiperplasi limfoid pada submukosa.

Gangguan ventilasi telinga tengah ini disertai oleh terkumpulnya cairan eksudat dan transudat dalam telinga tengah, akibatnya telinga tengah menjadi sangat rentan terhadap infeksi bakteri yang datang langsung dari nasofaring. Selanjutnya faktor ketahanan tubuh pejamu dan virulensi bakteri akan menentukan progresivitas penyakit.


Pemeriksaan Penunjang
1.                  Otoskop pneumatik untuk melihat membran timpani yang penuh, bengkak dan tidak tembus cahaya dengan kerusakan mogilitas.

2.                  Kultur cairan melalui mambran timpani yang pecah untuk mengetahui organisme penyebab.

Asuhan Keperawatan Pasien Otitis Media Akut (OMA)

·                     Sakit telinga/nyeri
·                     Penurunan/tak ada ketajaman pendengaran pada satu atau kedua telinga
·                     Tinitus
·                     Perasaan penuh pada telinga
·                     Suara bergema dari suara sendiri
·                     Bunyi “letupan” sewaktu menguap atau menelan
·                     Vertigo, pusing, gatal pada telinga
·                     Penggunaan minyak, kapas lidi, peniti untuk membersihkan telinga
·                     Penggunanaan obat (streptomisin, salisilat, kuirin, gentamisin)
·                     Tanda-tanda vital (suhu bisa sampai 40o C), demam
·                     Kemampuan membaca bibir atau memakai bahasa isyarat
·                     Reflek kejut
·                     Toleransi terhadap bunyi-bunyian keras
·                     Tipe warna 2 jumlah cairan
·                     Cairan telinga; hitam, kemerahan, jernih, kuning
·                     Alergi
·                     Dengan otoskop tuba eustacius bengkak, merah, suram
·                     Adanya riwayat infeksi saluran pernafasan atas, infeksi telinga sebelumnya, alergi


Diagnosa Keperawatan yang Muncul
1.                  Nyeri berhubungan dengan proses peradangan pada telinga

2.                  Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pengobatan

3.                  Resiko tinggi injury berhubungan dengan penurunan persepsi sensori


Intervensi
1.                  Nyeri berhubungan dengan proses peradangan pada telinga

Tujuan :
Nyeri berkurang atau hilang

Intervensi :
o                  Beri posisi nyaman ; dengan posisi nyaman dapat mengurangi nyeri.
o                  Kompres panas di telinga bagian luar ; untuk mengurangi nyeri.
o                  Kompres dingin ; untuk mengurangi tekanan telinga (edema)
o                  Kolaborasi pemberian analgetik dan antibiotik

2.                  Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pengobatan

Tujuan :
Tidak terjadi tanda-tanda infeksi

Intervensi :
o                  Kaji tanda-tanda perluasan infeksi, mastoiditis, vertigo ; untuk mengantisipasi perluasan lebih lanjut.
o                  Jaga kebersihan pada daerah liang telinga ; untuk mengurangi pertumbuhan mikroorganisme.
o                  Hindari mengeluarkan ingus dengan paksa/terlalu keras (sisi) ; untuk menghindari transfer organisme dari tuba eustacius ke telinga tengah.
o                  Kolaborasi pemberian antibiotik.

3.                  Resiko tinggi injury berhubungan dengan penurunan persepsi sensori

Tujuan :
Tidak terjadi injury atau perlukaan

Intervensi :
o                  Pegangi anak atau dudukkan anak di pangkuan saat makan ; meminimalkan anak agar tidak jatuh
o                  Pasang restraint pada sisi tempat tidur ; meminimalkan agar anak tidak jatuh.
o                  Jaga anak saat beraktivitas ; meminimalkan agar anak tidak jatuh.
o                  Tempatkan perabot teratur ; meminimalkan agar anak tidak terluka.

Daftar Pustaka

1. Donna L. Wong, L.F. Whaley, Nursing Care of Infants and Children, Mosby Year Book.

2. Efiaty Arsyad, S, Nurbaiti Iskandar, Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorokan, Edisi III, FKUI,1997.

3. Wong Whaley, Clinical Manual of Pediatric Nursing, Mosby Year Book.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar